Analisis dan Cara Meningkatkan Net Profit Margin
Menghitung Net Profit Margin dan Membaca Hasilnya
Pengantar
Perusahaan yang baik adalah jika setiap periodenya mampu menghasilkan laba yang tinggi. Namun demikan laba yang tinggi juga harus diperoleh dari suatu proses pengelolaan dana yang efisien. Alokasi pembiayaan harus terkontrol, tepat sasaran. Perusahaan harus mampu melakukan penilaian pada objek-objek pembiayaan yang seharusnya di biayai.Kadangkala perusahaan memang menghasilkan laba setiap periodenya, namun laba tersebut hanya karena ada penambahan modal dan produksi yang berlebih. Pada hal yang diinginkan sebenarnya adalah seberapa kecilnya atau besarnya modal yang dialokasikan untuk invetasi, perlu ada unsur efisinsi di didalamnya.
Definisi Net Profit margin
Teori tentang net profit margin sangat penting di pahami sebelum melakukan analisis. Net Profit Margin merupakan salah satu rasio dalam kelompok rasio keuntungan atau kelompok rasio profitabilitas. Rasio ini sangat banyak digunakan untuk mempercepat dalam upaya mengungkap kemampuan perusahaan memproduksi laba.
Definisi Net Profit Margin menurut para ahli yang penulis simpulkan dari beberapa pandangan mereka, merupakan rasio yang membandingkan antara laba bersih atau keuntungan netto dengan penjualan bersih. Dari perbandingan itu di peroleh angka rasio yang menunjukkan seberapa besar penjualan dapat memberikan laba bagi perusahaan.
Net Profit Margin atau rasio keuntungan ini juga menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan biaya yang keluar ketika proses operasional berjalan. Angka rasio yang diperoleh dari perbandingan itu dapat di baca dengan menggunakan prosentase atau dalam angka rupiah. Misalnya 1,2% yang berarti ada sebesar 1,2 persen laba yang diperoleh. Atau juga melalui angka rupiah misalnya Rp. 0.12 artinya ada sebesar 0,12 rupiah laba yang dihasilkan.
Dalam analisis net profit margin kedua penyajian angka rasio tersebut seringkali di gunakan secara bersama-sama atau juga secara terpisah. Biasanya dalam menunjukkan suatu pertumbuhan angka rasio maka bilangan prosentase sering digunakan.
Tujuan Analisis Net Profit Margin
Analisis Net Profit Margin bertujuan untuk mengetahui kondisi pencapaian laba perusahaan. Menggali informasi tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Rasio ini dinilai cepat untuk mengungkap seberapa besar porsi laba yang berasal dari penjualan.
Adakalanya rasio ini di kolaborasikan dengan rasio lainnya dalam suatu model analisis. Tentunya sepanjang hal itu dapat memberikan informasi yang valid. Pihak manajer keuangan sangat memerlukan informasi untuk menyusun tindakan yang tepat ketika memperlakukan aspek keuangan perusahaan.
Saya sendiri sering berdiskusi dengan mahasiswa seputar net profit margin. Saya menyarankan agar setiap melakukan analisis rasio keuangan, hendaknya di dahului dengan membuat perbandingan laporan keuangan.
Adakalanya rasio ini di kolaborasikan dengan rasio lainnya dalam suatu model analisis. Tentunya sepanjang hal itu dapat memberikan informasi yang valid. Pihak manajer keuangan sangat memerlukan informasi untuk menyusun tindakan yang tepat ketika memperlakukan aspek keuangan perusahaan.
Saya sendiri sering berdiskusi dengan mahasiswa seputar net profit margin. Saya menyarankan agar setiap melakukan analisis rasio keuangan, hendaknya di dahului dengan membuat perbandingan laporan keuangan.
Studi Kasus
Dalam tulisan kali ini penulis ingin menggali lebih dalam analisis net profit margin. Tujuannya untuk menemukan beberapa tindakan yang perlu di ambil dalam upaya meningkatkan net profit margin. Tentunya akan di sajikan studi kasus untuk memudahkan memahaminya.
Net profit margin formula secara umum memang telah banyak di kemukakan para ahli. Komponen keuangan yang diperbandingkan dalam rumus net profit margin adalah membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih perusahaan.
Sebuah perusahaan bernama PT. Mu'ayanah Magfirah tengah menganalisis bagaimana sih! penanganan keuangan di dalam perusahaan. Menghadapi situasi yang kurang menentu maka perusahaan perlu meyakinkan investor untuk tetap optimis. Data-data perusahaan dalam 5 tahun terakhir adalah:
Thn. 2016 = Rp. 289.305.000,- Tumbuh -0,1%
Thn. 2017 = Rp. 376.096.500,- Tumbuh 0.3%
Thn. 2018 = Rp. 338.486.850,- Tumbuh -0,1%
Thn. 2019 = Rp. 321.562.508,- Tumbuh -0,05%
Thn. 2016 = Rp. 144.581.450,- Naik 15%
Thn. 2017 = Rp. 161.931.224,- Naik 12%
Thn. 2018 = Rp. 139.260.853,- Turun -0,14%
Thn. 2019 = Rp. 116.979.116,- Turun -0,16%
Thn. 2016 = Rp. 144.723.550,-
Thn. 2017 = Rp. 214.165.276,-
Thn. 2018 = Rp. 199.225.997,-
Thn. 2019 = Rp. 204.583.392,-
Thn. 2016 = Rp. 27.859.283,-
Thn. 2017 = Rp. 41.226.816,-
Thn. 2018 = Rp. 38.351.004,-
Thn. 2019 = Rp. 39.382.303,-
Thn. 2016 = Rp. 116.864.267,- Tumbuh -0,26%
Thn. 2017 = Rp. 127.938.460,- Tumbuh 0,48%
Thn. 2018 = Rp. 160.874.993,- Tumbuh -0,07%
Thn. 2019 = Rp. 165.201.089,- Tumbuh -0,03%
Thn. 2016 = Rp. 0,4039,- atau 40,39%
Thn. 2017 = Rp. 0,4598,- atau 45,98%
Thn. 2018 = Rp. 0,4753,- atau 47,53%
Thn. 2019 = Rp. 0,5137,- atau 51,37%
Contoh di atas penulis buat dengan memberikan sedikit keterangan tentang perkembangan penjualan, total biaya dan laba. Tujuannya untuk memudahkan ketika kita menelusuri sebab-sebab perubahan pada net profit margin. Saran penulis sebaiknya menggunakan laporan keuangan perbandingan agar seluruh komponen terlihat pertumbuhannya.
Kita lihat dulu perkembangan penjualan. Ditahun 2016 penjualan memang turun sebesar 0,1%. Kondisi ini diikuti oleh penurunan laba sebesar 0,26%. Artinya kemampuan perusahaan untuk memproduksi laba sedikit menurun di tahun 2016.
Penurunan net profit margin tahun 2016 disebabkan oleh meningkatnya total biaya sebesar 15%. Peningkatan biaya ini cukup signifikan sehingga mengurangi perolehan laba. Peningkatan total biaya bisa saja bukan karena meningkatnya biaya penjualan. Hal ini terbukti karena volume penjualan di tahun 2016 lebih rendah, artinya ada penurunan aktivitas penjualan.
Naiknya total biaya tahun 2016 perlu ditelusuri untuk memastikan apakah alokasi biaya telah dilakukan secara tepat dan efisien. Jika peningkatan total pembiayaan berasal dari aktifitas pembiayaan yang kurang efisien, maka penurunan laba tahun 2016 bukanlah merupakan sesuatu yang wajar.
Kemudian di tahun 2017 terjadi peningkatan net profit margin sebesar 45,98%. Artinya ada peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Setiap rupiah penjualan di tahun 2017 mampu menghasilkan laba sebesar 0,4598 rupiah. Sekarang kita lihat penjualan tahun 2017 tumbuh sebesar 0,3% sedangkan total biaya naik sebesar 12%.
Naiknya total biaya diikuti oleh naiknya penjualan. Ini artinya perusahaan telah mengalokasikan biaya untuk memperbesar volume penjualan. Kemudian kita lihat laba bersih tahun 2017 juga naik sebesar 0,48%. Ada efisiensi biaya yang dilakukan perusahaan di tahun 2017. Artinya kondisi di tahun 2017 masih lebih baik di bandingkan tahun 2016.
Selain dari sisi biaya, kebijakan perusahaan untuk meningkatkan penjualan secara tunai juga mendorong naiknya volume penjualan. Strategi pemasaran yang makin baik akan mengoptimalkan peluang pasar yang tersedia. Seandainya di dalam pasar terdapat beberapa pesaing, mungkin saja perusahaan mampu menarik lebih banyak pelanggan untuk mengambil keputusan pembelian.
Tahun 2018 selain penjualan, penurunan juga terjadi pada total biaya dan laba bersih. Penjualan turun sebesar 0,1% sedangkan total biaya turun sebesar 0,14%. Ada selisih sedikit saja dari persentase penuruan antara penjualan dan total biaya. Seandainya penurunan biaya juga diikuti oleh penurunan penjualan maka hal itu masih dapat dianggap wajar.
Kondisi ditahun 2019 juga tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun 2018. Total biaya turun sebesar 0,16% begitupun penjualan turun sebesar 0,05%. Namun jika kita lihat besar persentase penurunan total biaya lebih tinggi di bandingkan persentase penurunan penjualan. Hal ini dianggap cukup baik karena ada peningkatan efisiensi dari sisi biaya.
Namun jika kita melihat dari sisi laba yang dihasilkan menunjukkan ada persentase penurunan yang lebih besar yaitu 0,03%. Mungkin saja pada awalnya kita menganggap bahwa persentase penurunan total biaya yang lebih besar dibandingkan persentase penurunan penjualan adalah sesuatu yang baik. Namun jika dilihat dari sisi penurunan laba maka efisiensi yang dilakukan perusahaan belum mampu meningkatkan laba yang lebih besar. Artinya ditingkat pengeluaran biaya yang semakin besar harus pula diikuti oleh peningkatan efisiensi yang lebih besar.
Tujuan dilakukannya analisis net profit margin adalah untuk mengukur seberapa kuat perusahaan dalam mengoptimalkan peluang pasar. Ukurannya adalah pencapaian laba. Jika perusahaan makin baik dalam perolehan laba, tentu akan memperkuat struktur modal di dalam perusahaan.
Tidak semua pembiayaan operasional di penuhi dari dana pinjaman. Perusahaan juga menginginkan ekspansi melalui kekuatan dana internal. Jika perusahaan selalu menguntungkan, maka akan tersedia modal kerja yang bersumber dari perolehan laba.
Melalui informasi berdasarkan analisis net profit margin, perusahaan mendapatkan gambaran mengenai tingkat efisiensi pembiayaan dalam rangka memperbesar laba. Net profit margin yang makin tinggi menunjukkan perusahaan makin baik dalam menghasilkan keuntungan. Dari situ perusahaan dapat merencanaan aktifitas investasi yang lebih besar guna memajukan perusahaan.
Penjualan Selama 5 Tahun
Thn. 2015 = Rp. 321.450.000,-Thn. 2016 = Rp. 289.305.000,- Tumbuh -0,1%
Thn. 2017 = Rp. 376.096.500,- Tumbuh 0.3%
Thn. 2018 = Rp. 338.486.850,- Tumbuh -0,1%
Thn. 2019 = Rp. 321.562.508,- Tumbuh -0,05%
Total Biaya Selama 5 Tahun
Thn. 2015 = Rp. 125.723.000,-Thn. 2016 = Rp. 144.581.450,- Naik 15%
Thn. 2017 = Rp. 161.931.224,- Naik 12%
Thn. 2018 = Rp. 139.260.853,- Turun -0,14%
Thn. 2019 = Rp. 116.979.116,- Turun -0,16%
Laba Sebelum Pajak Selama 5 Tahun
Thn. 2015 = Rp. 195.727.000,-Thn. 2016 = Rp. 144.723.550,-
Thn. 2017 = Rp. 214.165.276,-
Thn. 2018 = Rp. 199.225.997,-
Thn. 2019 = Rp. 204.583.392,-
PPH Selama 5 Tahun
Thn. 2015 = Rp. 37.677.448,-Thn. 2016 = Rp. 27.859.283,-
Thn. 2017 = Rp. 41.226.816,-
Thn. 2018 = Rp. 38.351.004,-
Thn. 2019 = Rp. 39.382.303,-
Laba Setelah PPH Selama 5 Tahun
Thn. 2015 = Rp. 158.049.552,-Thn. 2016 = Rp. 116.864.267,- Tumbuh -0,26%
Thn. 2017 = Rp. 127.938.460,- Tumbuh 0,48%
Thn. 2018 = Rp. 160.874.993,- Tumbuh -0,07%
Thn. 2019 = Rp. 165.201.089,- Tumbuh -0,03%
Net Profit Margin (NPM) Selama 5 Tahun
Thn. 2015 = Rp. 0,4917,- atau 49,17%Thn. 2016 = Rp. 0,4039,- atau 40,39%
Thn. 2017 = Rp. 0,4598,- atau 45,98%
Thn. 2018 = Rp. 0,4753,- atau 47,53%
Thn. 2019 = Rp. 0,5137,- atau 51,37%
Contoh di atas penulis buat dengan memberikan sedikit keterangan tentang perkembangan penjualan, total biaya dan laba. Tujuannya untuk memudahkan ketika kita menelusuri sebab-sebab perubahan pada net profit margin. Saran penulis sebaiknya menggunakan laporan keuangan perbandingan agar seluruh komponen terlihat pertumbuhannya.
Analisis Hasil
Dari hasil perhitungan di atas, net profit margin tahun 2016 lebih rendah di bandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2015 sebesar 0,4917 atau 49,17% sedangkan tahun 2016 sebesar 0,4039 atau 40,39%. Ada sedikit penurunan di tahun 2016.Kita lihat dulu perkembangan penjualan. Ditahun 2016 penjualan memang turun sebesar 0,1%. Kondisi ini diikuti oleh penurunan laba sebesar 0,26%. Artinya kemampuan perusahaan untuk memproduksi laba sedikit menurun di tahun 2016.
Penurunan net profit margin tahun 2016 disebabkan oleh meningkatnya total biaya sebesar 15%. Peningkatan biaya ini cukup signifikan sehingga mengurangi perolehan laba. Peningkatan total biaya bisa saja bukan karena meningkatnya biaya penjualan. Hal ini terbukti karena volume penjualan di tahun 2016 lebih rendah, artinya ada penurunan aktivitas penjualan.
Naiknya total biaya tahun 2016 perlu ditelusuri untuk memastikan apakah alokasi biaya telah dilakukan secara tepat dan efisien. Jika peningkatan total pembiayaan berasal dari aktifitas pembiayaan yang kurang efisien, maka penurunan laba tahun 2016 bukanlah merupakan sesuatu yang wajar.
Kemudian di tahun 2017 terjadi peningkatan net profit margin sebesar 45,98%. Artinya ada peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Setiap rupiah penjualan di tahun 2017 mampu menghasilkan laba sebesar 0,4598 rupiah. Sekarang kita lihat penjualan tahun 2017 tumbuh sebesar 0,3% sedangkan total biaya naik sebesar 12%.
Naiknya total biaya diikuti oleh naiknya penjualan. Ini artinya perusahaan telah mengalokasikan biaya untuk memperbesar volume penjualan. Kemudian kita lihat laba bersih tahun 2017 juga naik sebesar 0,48%. Ada efisiensi biaya yang dilakukan perusahaan di tahun 2017. Artinya kondisi di tahun 2017 masih lebih baik di bandingkan tahun 2016.
Selain dari sisi biaya, kebijakan perusahaan untuk meningkatkan penjualan secara tunai juga mendorong naiknya volume penjualan. Strategi pemasaran yang makin baik akan mengoptimalkan peluang pasar yang tersedia. Seandainya di dalam pasar terdapat beberapa pesaing, mungkin saja perusahaan mampu menarik lebih banyak pelanggan untuk mengambil keputusan pembelian.
Tahun 2018 selain penjualan, penurunan juga terjadi pada total biaya dan laba bersih. Penjualan turun sebesar 0,1% sedangkan total biaya turun sebesar 0,14%. Ada selisih sedikit saja dari persentase penuruan antara penjualan dan total biaya. Seandainya penurunan biaya juga diikuti oleh penurunan penjualan maka hal itu masih dapat dianggap wajar.
Kondisi ditahun 2019 juga tidak jauh berbeda dengan kondisi tahun 2018. Total biaya turun sebesar 0,16% begitupun penjualan turun sebesar 0,05%. Namun jika kita lihat besar persentase penurunan total biaya lebih tinggi di bandingkan persentase penurunan penjualan. Hal ini dianggap cukup baik karena ada peningkatan efisiensi dari sisi biaya.
Namun jika kita melihat dari sisi laba yang dihasilkan menunjukkan ada persentase penurunan yang lebih besar yaitu 0,03%. Mungkin saja pada awalnya kita menganggap bahwa persentase penurunan total biaya yang lebih besar dibandingkan persentase penurunan penjualan adalah sesuatu yang baik. Namun jika dilihat dari sisi penurunan laba maka efisiensi yang dilakukan perusahaan belum mampu meningkatkan laba yang lebih besar. Artinya ditingkat pengeluaran biaya yang semakin besar harus pula diikuti oleh peningkatan efisiensi yang lebih besar.
Manfaat Analisis Net Profit Margin
Pada prinsipnya perusahaan menginginkan memperoleh posisi yang kuat dalam persaingan. Perusahaan ingin mengoptimalkan peluang pasar, mengkonversi menjadi pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Olehnya itu evaluasi terhadap pengelolaan keuangan harus terus dilakukan. Salah satunya dengan menganalisis net profit margin.Tujuan dilakukannya analisis net profit margin adalah untuk mengukur seberapa kuat perusahaan dalam mengoptimalkan peluang pasar. Ukurannya adalah pencapaian laba. Jika perusahaan makin baik dalam perolehan laba, tentu akan memperkuat struktur modal di dalam perusahaan.
Tidak semua pembiayaan operasional di penuhi dari dana pinjaman. Perusahaan juga menginginkan ekspansi melalui kekuatan dana internal. Jika perusahaan selalu menguntungkan, maka akan tersedia modal kerja yang bersumber dari perolehan laba.
Melalui informasi berdasarkan analisis net profit margin, perusahaan mendapatkan gambaran mengenai tingkat efisiensi pembiayaan dalam rangka memperbesar laba. Net profit margin yang makin tinggi menunjukkan perusahaan makin baik dalam menghasilkan keuntungan. Dari situ perusahaan dapat merencanaan aktifitas investasi yang lebih besar guna memajukan perusahaan.
Referensi dan Sumber Lainnya
- https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-net-profit-margin-marjin-laba-bersih-rumus-npm/
- https://www.investopedia.com/terms/n/net_margin.asp
- https://republikinvestor.net/analisa-fundamental-net-profit-margin-npm-pengertian-dan-kegunaannya/
- https://www.jurnal.id/id/blog/rasio-profitabilitas-pengertian-fungsi-jenis-dan-contoh-terlengkap/
- https://corporatefinanceinstitute.com/resources/knowledge/finance/net-profit-margin-formula/
Penulis akan terus memproduksi konten-konten bermanfaat lainnya untuk menjadi bahan diskusi dan tambahan pengetahuan. Penulis ucapkan terima kasih atas atensi dan waktu untuk membaca tulisan di blog ini. Penulis tetap mengharapkan dukungan sahabat sekalian agar blog ini makin maju.